Kamis, 13 Februari 2014



Menurut Mbah Sayem, asal-usul Desa Kwasen berasal dari dua anak kembar yaitu Hasan dan Husen. Pada suatu daerah hiduplah dua anak kembar yaitu Hasan dan Husen. Mereka berdua sangat sakti.
Hingga pada suatu hari, karena adanya suatu perbedaan hak di antara kedua anak tersebut. 
   
   Sehingga terjadilah suatu perselisihan di antara mereka, keduanya saling beradu kekuatan hingga akhirnya mereka semua meninggal. Dan akhirnya nama dawerah tersebut adalah “kwasen”.

Daerah “Kwasen” itu sendiri juga mempunyai beberapa dukuh, setiap dukuh mempunyai pemimpin.  Ada delapan dukuh di Desa Kwasen, yaitu Karangjati, Kwasen Timur, Kwasen Tengah, Kwasen Barat, Legundi, Swangan, Kalisat dan Binangun. Nama asli Dukuh Legundi adalah Legundi Wulung yang didirikan oleh Suroyoso.


Selasa, 11 Februari 2014

Kesenian Kuda Lumping

Kesenian ini berdiri sejak tahun 2005, yaitu dengan Pendiri Mbah Damat. Pada mulanya masyarakat Desa Kwasen tidak mempunyai kegiatan apapun, kegiatan masyarakat Desa Kwasen sebagian besar mempunyai kesibukan masing-masing baik yang sibuk mengerjakan sawahnya maupun sibuk dengan aktivitas yang lainnya.
   Maka dari situlah ada suatu ide dari warga Desa Kwasen supaya di desanya ada suatu aktivitas yang menghibur, maka muncullah suatu kesenian yaitu Kuda Lumping. Pada awalnya, kesenian ini masih sederhana, yaitu hanya berupa iringan music saja kemudian berkembang lagi dengan ditambah music dangdut dan seterusnya berkembang.Kemudian ditambah lagi tunggangannya yaitu berupa patung singa. Jadi, tidak hanya berupa kuda saja. Alat yang digunakan seperti gamelan dan ditambah dengan seorang sinden untuk meramaikan kesenian ini.
Kesenian ini diadakan ketika ada acara sunatan, sekali tampil biayanya bisa mencapai Rp 3.000.000,-. Kesenian tersebut berfungsi untuk hiburan. Dalam latihannya, biasanya diadakan setiap malam Jum’at, anggota yang memainkan kesenian ini berjumlah sekitar 40 orang.
  Sekarang ini, kesenian Kuda Lumping ini berkembang lagi, yaitu dengan ditambah music campur sari, untuk ke depannya nanti kesenian ini akan seperti kesenian Reog Ponorogo yang ada di Jawa Timur.







Sumber: Kasno (Bendahara Kesenian Kuda Lumping Desa Kwasen)   
I. GAMBARAN UMUM LOKASI DESA

a. Profil Penduduk
Desa Kwasen merupakan bagian dari desa yang ada di wilayah Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Wilayah Desa Kwasen Kecamatan Kesesi terletak di bagian barat Kabupaten Pekalongan yang berjarak kurang lebih 7 km dari ibukota Kabupaten, dengan batas-batas:
- sebelah utara     :  Desa Watugajah
- sebelah Timur   :  Desa Wonorejo Kec. Kajen
- sebelah Selatan :  Desa Brondong
- sebelah Barat       :  Desa Karyomukti


Luas wilayah Desa Kwasen 429,274 ha dengan Rincianya sebagai berikut :
-  Luas Permukiman :  + 61,24       Ha
-  Luas Persawahan :  + 256,329   Ha
-  Sawah Irigasi Tehnis                       : +       155,136    Ha
-  Sawah Setengah Irigasi Tehnis       :  +       39,118     Ha
-  Sawah Tadah Hujan            : +        60,075     Ha
-  Tegalan : +        87           Ha
-  Tanah Lainnya                                : +     26,729       Ha
-  Luas Perkebunan                            : +       76,20        Ha
-  Luas Kuburan                                :  +         0.97        Ha     
             Jumlah                                  : +      762,797      Ha                   

Panjang jalan desa yang ada desa Kwasen adalah 3,4 km, sedangkan panjang jalan usaha tani 4,5 km. Jumlah penduduk Desa Kwasen adalah sekitar 4591 orang adapun uraiannya adalah sebagai berikut :

Jumlah Penduduk :
Jumlah  laki-laki =  2342  orang
Jumlah perempuan =  2249  orang
Total = 4591   orang
Jumlah Kepala Keluarga =  1172  KK





Kesimpulan :
Bila dilihat dari data diatas Dari yang tidak tamat SD sampai Perguruan Tinggi yaitu sekitar 99,98%.

Selasa, 28 Januari 2014


Berikut adalah struktur organisasi-organisasi yang berada di Desa Kwasen:


SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA KWASEN



SUSUNAN ORGANISASI LPMD



SUSUNAN ORGANISASI BPD



SUSUNAN ORGANISASI KELOMPOK BANGKIT






Selasa, 21 Januari 2014



PETA USAHA TANI DESA KWASEN



PETA ADMINISTRASI DESA KWASEN




PETA POTENSI DESA KWASEN







Minggu, 19 Januari 2014




Tyto Alba Sahabat Petani Kwasen
(Gambar 1:Karantina Tyto Alba)
Berawal dari gagal panen yang terjadi selama dua dekade di desa Kwasen yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan lahan pertanian dengan komoditi utama yaitu padi, gagal panen ini dikarenakan oleh hama tikus yang menyerang tanaman padi di sawah-sawah warga. Seorang tokoh masyarakat desa Kwasen yaitu Sarwo Gangsar menyetuskan ide penangkaran burung Tyto Alba yang diadopsi dari desa Mranggen dan Tlogoweru, Demak, yang merupakan asal daerah istrinya Anna Lilyana pada awal tahun lalu, sekitar januari 2013 untuk mengurangi dan membasmi hama tikus di desa Kwasen.
Penangkaran dimulai dengan mendatangkan delapan ekor burung hantu Tyto Alba atau empat pasang burung hantu Tyto Alba oleh pak Sarwo yang sekarang dipercaya oleh warga menjadi kepala desa Kwasen. Burung hantu Tyto Alba yang ditangkar dan dikembangbiakan hingga kini menjadi lima puluh tujuh ekor baik yang dikarantina maupun yang telah dilepas di rumah burung hantu atau yang sering disebut rubuha (pagupon) yang dipasang disekitar ladang dan sawah warga. Penangkaran Tyto Alba ini kemudian dikembangkan oleh kelompok Bangkit yang kini aktif mengembangbiakan dan mengkarantina burung Tyto Alba.
Tyto Alba sering disebut dengan burung hantu putih, burung hantu ini tersebar di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia.  Tyto Alba memiliki ciri-ciri fisik wajahnya berbentuk seperti jantung dengan warna putih dengan tepi coklat. Bulunya lembut dengan warna tersamar dan bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu. Kepala burung Tyto Alba ini besar, kekar dan membulat dengan iris mata berwarna hitam. Tyto Alba merupakan jenis burung hantu yang bersifat noktural, yaitu aktif pada malam hari dengan pendengaran dan penglihatan yang tajam, Tyto Alba mampu mendeteksi keberadaan mangsanya yang berukuran kecil dalam jarak yang cukup jauh. Burung hantu ini memeliki kekurangan untuk mengedipkan matanya, tetapi untuk menutupi kelemahannya Tyto Alba mampu memutar kepalanya hingga 270 derajat.
(Gambar 2 :Tyto Alba)
Pembuatan dan pemasangan rubuha di desa Kwasen dilakukan oleh kelompok bangkit dan warga setiap 50 meter di lahan persawahan dan ladang warga, walau masih sebagian dari luas wilayah yang di pasang rubuha dan dilepas Tyto Alba, tetapi manfaat dari penangkaran dan pengkarantinaan burung Tyto Alba ini sudah dapat dirasakan oleh warga desa Kwasen walaupun belum ada peningkatan hasil panen secara signifikan, tetapi hama tikus dan tikus rumahan yang sering mengganggu dan merugikan aktifitas manusia telah banyak berkurang. Pengkarantinaan burung hantu yang telah dibangun oleh pencetus komunitas Bangkit kwasen, hanya membantu mengembangbiakan Tyto Alba yang masih kecil dengan memberi makan anak Tyto Alba dengan tikus-tikus hasil tangkapan dan buruan warga, serta merawat burung Tyto Alba yang sedang sakit.
(Gambar 3:Pemasangan Rubuha oleh kelompok bangkit dan warga)
Burung Tyto Alba dalam sekali kawin atau musim kawin mampu menghasilkan 3-6 butir telur, dengan jumlah maksimal 12 butir. Pengembangbiakkan burung Tyto Alba mulai dari bertelur hingga menetas semua tanpa campur tangan manusia, manusia hanya membantu memberi makan anak-anak Tyto Alba. Tyto Alba merupakan hewan yang bersifat seperti burung dara, yaitu kembali dimana rumah atau tempatnya berasal. Tyto Alba dewasa mampu mencari makan sendiri, sedangkan Tyto Alba yang masih muda dilatih untuk beradaptasi dengan lingkungan dan rumah barunya.
(Gambar 4:Kegiatan rutin berburu tikus untuk pakan Tyto Alba)
Salah satu keunikan butung Tyto Alba ini adalah apabila petani pemilik Tyto Alba menyayangi dan mampu merawat burung ini dengan baik, burung ini akan setia dan hanya mau memangsa hama tikus yang berada di wilayah sawah atau ladang sang petani. Burung Tyto Alba memulai perburuan pada pukul 18.30 WIB, pada pukul 23.00 WIB kembali berkumpul disekitar karantina dan terbang kembali pada sekitar pukul 00.00 WIB.

Penangkaran Tyto Alba di desa Kwasen juga bertujuan untuk menjadikan desa Kwasen menjadi desa wisata dengan penangkaran dan karantina burung Tyto Alba sebagai potensi istimewa desa, apalagi apabila jumlah burung Tyto Alba di desa Kwasen mencapai jumlah 100 pasang, atau 200 burung.

















Upacara Penerimaan Mahasiswa KKN Undip 2014 Di Kecamatan Kesesi


Posko Tim KKN Undip




Selamat datang di website resmi Desa Kwasen, 

Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan