Tyto Alba Sahabat Petani Kwasen
(Gambar 1:Karantina Tyto Alba)
Berawal dari gagal
panen yang terjadi selama dua dekade di desa Kwasen yang sebagian besar luas
wilayahnya merupakan lahan pertanian dengan komoditi utama yaitu padi, gagal
panen ini dikarenakan oleh hama tikus yang menyerang tanaman padi di
sawah-sawah warga. Seorang tokoh masyarakat desa Kwasen yaitu Sarwo Gangsar menyetuskan
ide penangkaran burung Tyto Alba yang diadopsi dari desa Mranggen dan
Tlogoweru, Demak, yang merupakan asal daerah istrinya Anna Lilyana pada awal
tahun lalu, sekitar januari 2013 untuk mengurangi dan membasmi hama tikus di
desa Kwasen.
Penangkaran dimulai
dengan mendatangkan delapan ekor burung hantu Tyto Alba atau empat pasang
burung hantu Tyto Alba oleh pak Sarwo yang sekarang dipercaya oleh warga menjadi
kepala desa Kwasen. Burung hantu Tyto Alba yang ditangkar dan dikembangbiakan
hingga kini menjadi lima puluh tujuh ekor baik yang dikarantina maupun yang
telah dilepas di rumah burung hantu atau yang sering disebut rubuha (pagupon)
yang dipasang disekitar ladang dan sawah warga. Penangkaran Tyto Alba ini kemudian
dikembangkan oleh kelompok Bangkit yang kini aktif mengembangbiakan dan
mengkarantina burung Tyto Alba.
Tyto Alba sering
disebut dengan burung hantu putih,
burung hantu ini tersebar di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Tyto
Alba memiliki ciri-ciri fisik wajahnya berbentuk seperti
jantung dengan warna putih dengan tepi coklat. Bulunya lembut dengan warna
tersamar dan bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan
bercak pucat tersebar pada bulu. Kepala burung Tyto Alba ini besar, kekar dan membulat dengan
iris mata berwarna hitam. Tyto
Alba merupakan jenis burung hantu yang bersifat noktural, yaitu aktif pada
malam hari dengan pendengaran dan penglihatan yang tajam, Tyto Alba mampu
mendeteksi keberadaan mangsanya yang berukuran kecil dalam jarak yang cukup
jauh. Burung hantu ini memeliki kekurangan untuk mengedipkan matanya, tetapi
untuk menutupi kelemahannya Tyto Alba mampu memutar kepalanya hingga 270
derajat.
(Gambar 2 :Tyto Alba)
Pembuatan dan
pemasangan rubuha di desa Kwasen dilakukan oleh kelompok bangkit dan warga setiap
50 meter di lahan persawahan dan ladang warga, walau masih sebagian dari luas
wilayah yang di pasang rubuha dan dilepas Tyto Alba, tetapi manfaat dari
penangkaran dan pengkarantinaan burung Tyto Alba ini sudah dapat dirasakan oleh
warga desa Kwasen walaupun belum ada peningkatan hasil panen secara signifikan, tetapi
hama tikus dan tikus rumahan yang sering mengganggu dan merugikan aktifitas
manusia telah banyak berkurang. Pengkarantinaan burung hantu yang telah
dibangun oleh pencetus komunitas Bangkit kwasen, hanya membantu
mengembangbiakan Tyto Alba yang masih kecil dengan memberi makan anak Tyto Alba
dengan tikus-tikus hasil tangkapan dan buruan warga, serta
merawat burung Tyto Alba yang
sedang sakit.
(Gambar 3:Pemasangan Rubuha oleh kelompok bangkit
dan warga)
Burung
Tyto Alba dalam sekali kawin atau musim kawin mampu menghasilkan 3-6 butir
telur, dengan jumlah maksimal 12 butir. Pengembangbiakkan burung Tyto Alba
mulai dari bertelur hingga menetas semua tanpa campur tangan manusia, manusia
hanya membantu memberi makan anak-anak Tyto Alba. Tyto Alba merupakan hewan
yang bersifat seperti burung dara, yaitu kembali dimana rumah atau tempatnya
berasal. Tyto Alba dewasa mampu mencari makan sendiri, sedangkan Tyto Alba yang
masih muda dilatih untuk beradaptasi dengan lingkungan dan rumah barunya.
(Gambar 4:Kegiatan rutin
berburu tikus untuk pakan Tyto Alba)
Salah
satu keunikan butung Tyto Alba ini adalah apabila petani pemilik Tyto Alba
menyayangi dan mampu merawat burung ini dengan baik, burung ini akan setia dan
hanya mau memangsa hama tikus yang berada di wilayah sawah atau ladang sang
petani. Burung Tyto Alba memulai perburuan pada pukul 18.30 WIB, pada pukul
23.00 WIB kembali berkumpul disekitar karantina dan terbang kembali pada
sekitar pukul 00.00 WIB.
Penangkaran
Tyto Alba di desa Kwasen juga bertujuan untuk menjadikan desa Kwasen menjadi
desa wisata dengan penangkaran dan karantina burung Tyto Alba sebagai potensi
istimewa desa, apalagi apabila jumlah burung Tyto Alba di desa Kwasen mencapai
jumlah 100 pasang, atau 200 burung.